Kamis, 21 Februari 2013

OBAT

Filled under:



A.    PENGERTIAN MEDIKASI
Zat yang digunakan dalam diagnosis, terapi, penyembuhan, penurunan dan pencegahan penyakit disebut medikasi. Nomenklatur (nama) obat adalah
1.      Kimia: memberi gambaran pasti komposisi obat. Ex. Asam asetilsalisilat
2.      Generic: diberikan oleh pabrik yang pertama kali memproduksi obat sebelum mendapat izin dan dilindungi hokum. Ex. Aspirin
3.      Official
4.      Dagang: nama yang digunakan pabrik untuk memasarkan obat. Ex. Bufferin
B.     BENTUK-BENTUK OBAT
1.      Pulvis (serbuk)
Campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian luar.
2.      Pulveres
Serbuk yang dibagi bobot yang kurang lebih sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum. Contohnya adalah puyer.
3.      Tablet (compressi)
Sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan. Macamnya: Tablet kempa, Tablet cetak, Tablet trikurat, Tablet hipodermik, Tablet sublingual, Tablet bukal, Tablet effervescent, Tablet kunyah.
4.      Pil (pilulae)
Bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral
5.      Kapsul (capsule)
Sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut.
6.      Kaplet (kapsul tablet)
Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak, bentuknya oval seperti kapsul.
7.      Larutan (solutions)
Sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan, atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk lainnya.
8.      Suspense (suspensions)
Sediaan cair mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam fase cair. Macam suspense antara lain: suspense oral, suspense topical, suspense tetes telinga, suspense optalmik, suspense sirup kering.
9.      Emulsi (elmusiones)
Sediaan berupa campuran dari dua fase dalam system disperse, fase cairan yang satu terdispersi sangat halusn dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi.
10.  Galenik
Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang disari.
11.  Ekstrak(extractum)
Sediaan yang pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat dari simplisisa nabati atau simplisia hewani menggunakan zat pelarut yang sesuai.
12.  Infusa
Sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90 derajat celcius selama 15 menit.
13.  Imunoserum (immunosera)
Sediaan yang mengandung immunoglobulin khas yang diperoleh dari serum hewan dengan pemurnian.
14.  Salep (unguenta)
Sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir.
15.  Suppositoria
Sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
16.  Obat tetes (guttae)
Sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspense, dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar. Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilakan tetesan setara dengantetesan yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan farmakope Indonesia.
17.  Injeksi (injections)
Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspense atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lender.
C.     STANDAR OBAT
Standar yang diterima masyarakat harus memenuhi kriteria :
1.      Kemurnian. Memenuhi standar kemurnian tipe dan konsentrasi zat lain dalam obat.
2.      Potensi. Konsentrasi obat aktif dalam preparat obat potensi obat.
3.      Bioavailability. Kemampuan obat lepas dari dosis, larut, diabsorpsi dan diedarkan tubuh.
4.      Kemanjuran
5.      Keamanan. Dinilai menurut efek samping obat.
D.    PENGGUNAAN OBAT NONTERAPEUTIK
Penggunaan yang keliru (misuse) atau penyalahgunaan obat (drug abuse) berhubungan dengan penggunaan untuk efek terapeutik, missal untuk meredam nyeri atau menurunkan cemas. Saat perawat merawat klien dengan penyalahgunaan obat, perawat harus menyadari nilai dan sikap mereka terhadap penggunaan senjata tersebut. Perawat dengan pengetahuan perubahan fisik, psikologis dan social karena drug abuse, akan mudah mengidentifikasi klien dengan masalah obat.
E.     FARMAKOKINETIK
Merupakan ilmu tentang cara obat masuk ke tubuh, mencapai tempat kerja, dimetabolisme dan keluar dari tubuh. Terdiri dari absorpsi, distribusi, metabolism dan ekskresi.
1.      Absorpsi
Molekul obat masuk dalam darah. Dipengaruhi oleh rute pemberian obat, dan kondisi ditempat absorpsi. Rute pemberian obat dipengaruhi struktur fisik jaringan. Kulit sulit ditembus zat kimia dan absorpsi obat lambat. Injeksi intravena memiliki absorpsi obat yang cepat. Larutan, suspense mudah diabsorpsi. Obat bersifat basa tidak terabsorpsi sebelum diusus halus. Kulit yang tergores, adanya edema merupakan kondisi yang tidak baik untuk absorpsi obat. Obat oral mudah diabsorpsi diberikan saat antara waktu makan.
2.      Distribusi
Laju dan luas distribusi bergantung pada sifat fisik dan kimia obat dan fisiologis individu. Obat diberikan berdasarkan berat dan komposisi tubuh dewasa. Obat mudah keluar dari ruang intersisial ke intravaskuler. Latihan fisik, udara hangat, badan menggigil akan mengubah sirkulasi local. Konsentrasi obat bergantung pada jumlah pembuluh darah dalam jaringan. Derajat ikatan protein dan protein serum mempengaruhi distribusi obat. Obat yang terikat protein akan sulit menghasilkan aktivitas farmakologis.
3.      Metabolisme
Biotransformasi dipengaruhi enzim yang mendetoksifikasi, memecah dan melepas zat kimia dan biologis. Terjadi di hati, parur-paru, ginjal, darah dan usus.
4.      Ekskresi
Obat keluar dari tubuh melalui ginjal, hati, usus, paru dan kelenjar eksokrin. Kelenjar eksokrin mengekskresi obat larut lemak. Saluran cerna menjadi jalur lain ekskresi obat.
F.      EFEK OBAT
1.      Efek terapeutik
Respon fisiologis obat yang diharapkan muncul. Ex. Aspirin berfungsi sebagai analgesic, antipiretik.
2.      Efek samping
Efek sekunder yang tidak diharapkan pada obat. Efek samping dianggap tidak berbahaya. Bila efek samping ini sampai menghilangkan efek terapeutik maka obat dapat dihentikan.
3.      Efek toksik
Terjadi setelah klien minum dengan dosis tinggi. Obat berlebihan dalam tubuh memberikan efek mematikan.
4.      Reaksi idiosintrik
Timbulnya efek yang tidak diperkirakan, meliputi klien bereaksi berlebihan, tidak berlebihan atau berlebihan tidak normal.
5.      Reaksi alergi
Reaksi obat 5-10 % merupakan reaksi alergi. Alergi obat bersifat ringan dan  berat. Reaksi dapat berupa urtikaria, ruam, pruritus, dan rhinitis.
6.      Toleransi obat
Klien yang sering memakai obat nyeri hanya memiliki toleransi obat. Sehingga klien perlu meningkatkan dosis untuk meredakannya.
7.      Interaksi obat
Terjadi pada individu dengan konsumsi beberapa obat. Efek sinergis dapat terjadi pada konsumsi 2 obat atau lebih. Interaksi obat selalu diharapkan.
8.      Respon dosis obat
Obat memiliki waktu paruh serum yakni waktu yang dibutuhkan proses sekresi untuk menurunkan konsentrasi serum sampai setengahnya. Perawat dapat mengantisipasi efek obat jika mengetahui interval waktu kerja obat :
a.       Awitan kerja obat : periode waktu setelah obat diberikan.
b.      Kerja puncak obat : waktu yang dibutuhkan sampai konsentrasi tertinggi pada obat.
c.       Durasi kerja obat : lamanya obat untuk menghasilkan respon.
d.      Plateu : konsentrasi serum dipertahankan setelah obat kembali diberikan.
G.    FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA OBAT
1.      Perbedaan genetic
2.      Variable fisiologis
3.      Kondisi lingkungan
4.      Factor psikologis
5.      Diet
Rute pemberian obat
1.      Oral : melalui mulut dan ditelan
2.      Intravenous (iv) : melalui vena
3.      Intramuscular (im) : kedalam otot tubuh
4.      Subcutaneous (sc) : ke dalam jaringan tepat dibawah lapisan dermis kulit
5.      Topical (kulit, mata, hidung, telinga, rectum dan vagina)
6.      Transdermal
7.      Inhalasi
Prinsip pemberian obat
1.      Benar obat
2.      Benar pasien
3.      Benar dosis
4.      Benar cara
5.      Benar waktu
6.      Dokumentasi.

0 komentar:

Posting Komentar